Secuil kenangan saat menjenguk senior beberapa hari yang lalu........Aku merasa seperti tidur di pondokan. Tidur dengan telentang mnghadap barat. Dan dibangunkan untuk shalat shubuh oleh Kak Angga, senior aku dari fakultas Teknik, fakultas tetangga aku. dan tinggal sebagai tetangga aku pula dipondokan. Membangunkan aku dengan mengetuk pintu kamar sambil memanggil namaku tiga kali.
“Hmm, iya aku bangun.”
Aku merasa sepeti dunia berputar. Dari gelap menjadi terang. Aku melihat sekeliling aku yang sedang mengamatiku. Sepertinya semua memandang kepadaku, aku mencoba bangun sambil memegang kepalaku yang aku rasakan sakit dan pening.
Dibantu berdidri oleh Kak Yono, Kak Iccang, dan si Halim teman angkatan aku. berjalan keluar dari arena registrasi rumah sakit Wahidin. Aku di papah oleh kak Yono dan kak Rido. Aku baru bangun dari “tidur tak sadar” itu. aku rasakan kepalaku sedikit pening sambil mau muntah.
Aku teringat, memang sebelumnya salah seorang senior aku mendapatkan musibah pada soreh harinya. Ia menabrak seseorang yang terletak sangat jauh dari kampus. Dan pada saat itu pula ia dilarikan ke rumah sakit.
Sekitar pukul 22.00 aku masuk kampus, setibanya di himpunan semua senior-senior telah bersiap-siap untuk menuju ke Rumah Sakit Wahidin, Rumah Sakit yang terletak tidak jauh dari kampus, bahkan bisa dikatakan di dalam lokasi kampus. Kebetulan pada saat itu tersisa satu motor yang tidak mempunyai boncengan, inilah saatnya aku pun harus menjenguk kakanda yang terkena musibah, kakanda yang sering memberikan ide dan motivasi pada aku [kami].
Sekitar lima menit dalam perjalanan, kami sampai di Rumah Sakit, tetapi entah kenapa bayangan aku selalu terbayang hal-hal yang mengerikan. Apalagi sejak sebelum berangkat tadi menurut info dari yang teah menjenguk tadi soreh mengatakan bahwa sang kanda belum sadarkan diri. Seluruh bulu-bulu aku serasa berdiri.
Aku turun dari boncengan kak Sulaikh, berjalan menuju ke teman-teman [senior] yang telah tiba duluan. Aku memang tidak tahan pada sesuatu yang mengerikan, bahkan mendengar cerita yang begitu sadis dan luka berat, aku merasa gemetaran. Kurasakan telapak kakiku seperti di colek, hingga terasa geli.
Kuhampiri beberapa saudara-saudaraku, yang sedang duduk di pojok rumah sakit itu. disamping ruang penitipan barang. Aku melihat beberapa orang sedang sibuk, dan pada saa itu si Halim keluar dari ruangan tempa dimana Kak Amir dirawat. Menurutnya lagi bahwa ketika kak Amir membuka matanya, saat itu pula keluar darah, dan saat bebicara keluar darah dari mulutnya.
Kurasakan sekujur tubuhkau merinding. Perasaan aku tak menentu. Bahkan kurasakan sesuatu naik dari perut aku mengganjal rongga dadaku. Ak mencoba tenagkan diri. Aku memilih duduk bersandar disalah satu tiang disamping aku.
Ketika itu pula salah seoarang saudara-saudaraku berkata bahwa korban yang ditabrak oleh Kak Amir, sementara dalam perjalan juga. Dan lebihnya katanya dia itu lebih parah dari kaka Amir. Katanya bahwa tulang pahanya patah. Saat mendengar itu, sepertinya sesuatu yang menjanggal rongga dadaku itu semakin besar, dan membuat aku merasa sesak.
Aku sampaikan kepada Kak Yono yang berada disampingku bahwa aku tidak tahan dengan sesuatu yang sangat parah, aku mencoba menenangkan diri. Aku duduk kembali seperti tadi. Namun sesuatu semakin menjanggal rongga dadaku, badanku kurasakana berkeringat dingin, aku mencoba berdiri kembali.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Dan yang aku kemudian adalah saat aku dibangunkan oleh senior aku. itupun aku sangka bahwa aku sedang dibangunkan oleh Kak Angga untuk shalat shubuh. Dan berjalan dengan pandangan seperti bumi berputar menuju keluar dan diantar pulang ke himpunan. Aku memang tidak tahan dengan darah dan luka yang sangat parah.!!!!! Para sahabat aku mengatakan bahwa itu yang disebut dengan PHOBIA, PHOBIA darah katanya. Entahlah yang pasti aku memang tidak taan dengan kondisi seperti itu.