Seorang CEO, apalagi dari Group Perusahan terbesar di negeri ini , Bakrie Group, pengambilan keputusan adalah rutinitas yang diemban. Bahkan dalam sehari tanpa ada keputusan akan terasa asing. Motif keputusan yang ditetapkan akan menunjukkan maju mundurnya Bakrie group kedepan. Karena pengambilan keputusan hari ini akan menentukan bagaimana Bakrie Group dimasa akan datang. Dan ini bukan pekerjaan mudah, semudah menetapkan saja. Tetapi membutuhkan metode dan berbagai analisis yang strategis dan visioner.
Sebuah analogi, untuk ekstensifikasi lahan perkebunan Kelapa Sawit dari Bakrie Sumatera Plantations sehingga memiliki jangkauan usaha yang luas di negeri ini dengan membangun lahan produksi baru di kawasan Indonesia Tengah dan Indonesia Timur. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan perencanaan strategis yang efektif seperti: Scanning Lingkungan dengan analisis SWOT, sinergikan dengan Misi Bakrie Sumatera Plantations, optimasi alternatif strategi yang muncul dan sasaran yang kompetitif, tetapkan taktis untuk realisasi hingga sampai pada kontrol yang mencakup evaluasi seberapa baik keputusan strategis diimplementasikan.
Sekilas dari analogi sederhana itu, seorang CEO Bakrie Group mutlak mempunyai strategi yang mampu menjamin keberhasilan dan dapat direalisasikan. Dan tentunya strategi yang dipilih mempertimbangkan pada konsistensi dengan lingkungan, resiko yang tidak terlalu besar, fokus pada sumber daya dan berkorelasi satu sama lain dan memusatkan pada sentrum kapabilitas Bakrie Group.
Untuk sampai pada keputusan yang strategis harus diketahui bahwa keputusan tersebut adalah pilihan dari berbagai alternatif keputusan yang tersedia. Alternatif tersebut berkaitan dengan aspirasi yang realistik dengan mempertimbangkan lingkungan internal dan lingkungan eksternal Bakrie Group. Lingkungan internal sebagai kapabilitas Bakrie Group terdiri atas dua faktor strategis yakni Strengths dan Weaknesses. Dan Lingkungan eksternal dengan faktor strategis Opportunities dan Threats.
Alternatif-alternatif keputusan strategis tersebut dapat dicapai melalui sebuah pisau analisis klasik yakni Analisis SWOT. Analisis SWOT ini merupakan pekerjaan yang cukup berat, sebab kegagalan dalam analisisnya akan berindikasi pada faktor-faktor strategis dalam kapabilitas Bakrie Group dan lingkungan ekternalnya. Dan analisis ini merupakan tugas pokok seorang CEO Bakrie Group untuk mempertemukan titik temu antara kedua lingkungan tersebut dan misi, tujuan ataupun sasaran dari Bakrie Group. Analisis SWOT ini akan mempertemukan faktor-faktor strategis yang dimiliki oleh Bakrie Group. Diibaratkan faktor-faktor strategis ini adalah sebuah pabrik pengolahan minyak kelapa sawit, jika dipabrik tersebut tidak ada mesin screw press (mesin pengepresan biji menjadi CPO), maka aktivitas pengolahan tidak akan berjalan. Mesin itulah yang menjadi faktor strategis. Dan harus segera diberi solusi yang strategis.
Apa yang menjadi strengths dari Bakrie Group?
Eksistensi dari Bakrie Group yang tengah memasuki usia 70 tahun tidak dicapai hanya dengan strategi yang biasa saja. Tetapi , diraih dengan strategis yang visioner dari founding father sbelumnya. Tugas [jika aku menjadi] CEO Bakrie Group adalah mendesain strategi baru yang lebih adaptif dan mempertimbangkan strategi yang telah digunakan sebelumnya. Dengan mempertimbangkan elemen superior dari Bakrie Group yang dimiliki. Elemen yang menjadi kekuatan penting dari Bakrie Grogup adalah [Jika Aku Menjadi] CEO, mempunyai anak perusahaan yang kompetitif dari beberapa sektor strategis seperti untuk komunikasi, Bakrie Group mempunyai Bakrie Telecom dan Bakrie Connectivity. Untuk energi ada PT Bumi Resources, untuk agraris ada Bakrie Sumatera Plantations. Fasilitas yang tangguh dengan Bakrieland dan beberapa anak perusahaan lain yang sangat komparatif. Selain itu, hubungan politik dengan birokrasi disetiap lokus anak perusahaan, relasi bisnis dengan vendor bisnis lain dan perilaku adaptif dengan perkembangan zaman.
Terus Weaknesses?
Jika aku menjadi CEO Bakrie Group, yang menjadi kelemahan adalah hal yang menjadi privasi internal dan sedapat mungkin faktor strategis ini segera diberi solusi. Problem solving dengan mempertimbangkan skala prioritas. Faktor strategis yang mana menjadi prioritas utama. Prioritas utama adalah masalah lumpur Lapindo Brantas. Hal yang menjadi kelemahan lainnya adalah lokus usaha hanya di Indonesia Barat sedangkan potensi di wilayah Tengah dan Timur juga mendukung. Misalkan pada Bakrie Sumatera Plantations melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi sampai ke bagian tengah dan timur indonesia. Dan terkadang terjadi metakoneksitas koordinasi dan profesionalisme karyawan.
Opportunity yang potensial
Bangsa lain berani untuk berinvestasi dinegeri ini karena mereka melihat potensi Sumber Daya yang strategis. Jika aku menjadi CEO Bakrie Group, ini yang menjadi peluang tak terelakkan dan mubazir untuk dibiarkan. Seperti; Budaya Agrarisnya dengan komditi yang kompetitif di dunia Internasional seperti kopi, kakao, karet, komoditi serealia dan hortikultura. Kebutuhan energi global yang meningkat dan condong kepada energi alternatif seperti biofuel dari serealia dan bioetanol umbi-umbian, Lansekap alam yang memukau, Pertambangan, dan segudang SDM yang handal serta sosiokultural yang kompleks. Bahkan masalah yang menjadi kelemahan diatas adalah peluang yang potensial.
Threats yang dihadapi
Setiap keputusan yang telah ditetapkan akan menghadapi tantangan. Namun, terkadang tantangan yang dihadapi mulus dan berjalan sesuai harapan. Kadang juga harus menguras otak dan otot untuk merealisasikan. Tantangan-tantangan yang akan dihadapi adalah roda perjalanan teknologi dan komunikasi yang menggelinding cepat. Dan paradigma konsumerisme yang semakin populer serta kompetitor dari group lain yang bergerak dalam bidang yang sama ataupun bidang lainnya. Dan yang paling menggelitik adalah negara Agraris koq impor pangan?
STRATEGI VISIONER
Dari scanning tersebut, muncul beberapa gambaran tentang kapabilitas dan lingkungan eksternal Bakrie Group. strategi selanjutnya adalah sinergikan dengan visi dan misi Bakrie Group yang mencanangkan tumbuhnya pasar dan positive consumer experience melalui semua fasilitas dari produk-produknya nanti***dikutip dari bakrieconnectivity) dengan sinkronisasi titik temu dari faktor-faktor strategis tersebut. Bentuk optimasi alternatif strategi yang dirumuskan adalah:
1. Menjaga dan Memaksimalkan Kekuatan dan Peluang untuk meningkatkan posisi kompetitif dan tetap adaptif pada perkembangan lingkungan eksternal.
Strategi stability pada kekuatan yang telah dimiliki dan memaksimalkan strategi growth pada peluang yang potensial. Potensi Agraris yang melimpah dari sektor perkebunan, serealia dan hortikultura di maksimalkan dengan memperluas jangkauan usaha dari anak perusahaan. Misalnya ekstensifikasi lahan sawit dan diversifikasi dengan komoditi baru yakni kopi dan kakao sebagai ladang mentah komoditi ekspor ataupun industri serta Intensifikasi hortikultura organik sebagai trend pangan global di Sulawesi dan Papua, aktor di ekspor biofuel dari serealia. Dan ini akan membawa pada ketahanan, kedaulatan, dan kemandirian ekonomi-politik Bakrie Group.
Kebutuhan energi semakin meningkat apalagi ditengah kancah politik minyak bumi global yang semakin kompleks menuntut pada strategi penciptaan nilai tambah sumber daya. Muncul inovasi untuk energi alternatif selain dari minyak bumi dengan biofuel dari serealia dan bioetanol dari umbi-umbian. Indonesia mempunyai segudang plasma nutfah yang potensial untuk memenuhi inovasi tersebut. Ini adalah peluang untuk semakin melebarkan dieversifikasi usaha yang sinergi dengan misi Bakrie Grup.
2. Mobilisasi sumber daya dari kekuatan yang dimiliki untuk meminimalisir ancaman dan sedapat mungkin menjadi peluang
Perkembangan teknologi dan komunikasi yang pesat adalah ancaman jika kita tidak mampu beradaptasi dan berkompetisi dengan group lainnya. Strategi yang kita gunakan adalah memaksimalkan kontrak bisnis dengan vendor bisnis lain yang didukung dengan relasi politik yang baik, budaya konsumerisme yang menjadi trend global adalah ancaman yang besar jika kita tidak melakukan inovasi. Dan tentunya ini didukung oleh riset dan pengembangan yang memadai dan dimaksimalkan sehingga menjadi peluang yang potensial. Hal ini dimaksimalkan dengan strategi mempertahankan dan mengembangkan relasi dengan kaum akademisi, selain itu hal sederhana dengan memberikan motivasi kepada karyawan yang berprestasi dengan penghargaan. Taktik ini akan menambah profesionalisme dan etos kerja. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas produk akan menambah nilai jual kepada konsumen menjadi nilai superior tersendiri dan selangkah lebih maju dari kompetitor.
3. Modifikasi Kelemahan untuk meminimalisir titik lemah dan sinergikan dengan peluang untuk mengubah menjadi posisi kompetitif
Animo publik terhadap bencana yang melanda Sidoarjo semakin meluap. Kelemahan ini disinergikan dengan peluang yang ada. Strateginya adalah meredam setiap issu yang muncul sambil melakukan koordinasi dengan birokrasi dan masyarakat setempat. Melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar bencana lumpur adalah strategi jangka panjang. Pemberdayaan ditempuh dengan mendesign daerah sekitar bencana menjadi kawasan lansekap yang indah dan berpotensi untuk menarik publik, sebuah suksesi menuju lahan wisata edukasi ataupun wisata alam. Tindak lanjutnya adalah dengan sayembara design lansekap sekitar bencana sebagai kawasan objek wisata untuk memperoleh design lansekap wisata yang ideal ke publik. Tindak lanjut ini dilakukan perlahan seirama menjalin koordinasi dengan birokrasi dan masyarakat sekitar bencana. Ini juga perlu didukung dengan lembaga riset dan pengembangan Bakrie Group dengan taktik koordinasi dengan stakeholder terkait seperti kaum akademisi.
Metakoneksitas dalam koordinasi dengan internal adalah masalah klasik dan ini berefek pada penyelesaian konflik yang dihadapi bisa berlarut. Misalkan pada kasus pajak perusahaan yang menjadi polemik publik, dengan koordinasi maksimal dan profesionalisme kasus tersebut bisa diredam. Mendesigh konflik antar karyawan yang memicu kompetisi sehat juga menjadi alternatif peningkatan koordinasi dan etos kerja antar anak perusahaan. Misalnya mengangkat posisi karyawan yang berprestasi ke tingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya.
4. Mengontrol indikasi sehingga tidak berefek besar. Membenahi Sumber daya untuk meminimalisir ancaman eksternal, Mengalihkan kelemahan meskipun membutuhkan waktu yang lama.
Strategi yang diperlukan untuk menghadapi titik temu yang sangat mengancam ini adalah strategi penghematan. Sudah terancam dari luar, eh dihadapkan pada sumber daya yang lemah. Minimalisir efek yang akan timbul dari bencana tersebut dan tetap berkoordinasi dengan birokrasi dan masyarakat, dan ancaman dari kompetitor diredam. Proses pembenahan di sekitar bencana lumpur dengan suksesi menuju lansekap yang potensial digalakkan meskipun memakan waktu lama, sementara itu untuk lokus perusahaan di Indonesia Barat dibenahi dengan menambah kualitas dan kuantitas untuk kepuasaan konsumen sebagai taktis selangkah lebih maju dari kompetitor. Dengan demikian kelemahan yang melilit menjadi sebuah energi baru. Sebuah suksesi lahan marjinal menuju lahan potensial, dari bencana menjadi ladang penghidupan baru di sektor lain- ekowisata dan wisata edukasi. Amiiin!
Menutup Uraian Strategi Seandainya Saya Jadi CEO Bakrie Group, Saya ingin mengutip Pesan Moril dari Founding Father Bakrie Group
Ucapan Achmad Bakrie, “Setiap rupiah yang dihasilkan Bakrie, harus bermanfaat bagi orang banyak”.
Ucapan saya," Selamat dan Sukses atas Milad yang ke-70 tahun Bakrie Group, Secuil Gagasan saya persembahkan semoga bermanfaat untuk khalayak".
Ucapan saya," Selamat dan Sukses atas Milad yang ke-70 tahun Bakrie Group, Secuil Gagasan saya persembahkan semoga bermanfaat untuk khalayak".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar